maaf
masih saja kupandangi
imaji wajahMu
21 September 2008
20 September 2008
wajah ketiga
kubayangkan saja wajah itu
semburat merah
seperti kertas-kertas berserakan
sisa letusan petasan
dari pesta perkawinan
: sekuat apapun ledakan
tetaplah bagian dari arak-arakan
semburat merah
seperti kertas-kertas berserakan
sisa letusan petasan
dari pesta perkawinan
: sekuat apapun ledakan
tetaplah bagian dari arak-arakan
wajah kedua
lihatlah sendiri
wajah yang tenang ini
tak pernah menengadah
-seperti langit-
dibiarkannya awan menggilasnya
yang putih
atau
yang paling hitam
wajah yang tenang ini
tak pernah menengadah
-seperti langit-
dibiarkannya awan menggilasnya
yang putih
atau
yang paling hitam
wajah pertama
kau masih berdiri di situ
ragu
memandangku
serupa awan kelabu
cermin bagi hati yang menderu
tetaplah di situ
sampai kekasih datang dari pelayaran
dengan mimpi-mimpi siap diwujudkan
aku hanya terlihat seperti badai kecamuk
hanya akan pecah dikarang yang kau pijak
tidak akan menghantammu
tidak akan membuatmu padat
atau runtuh sama sekali*
tidak ...
*)petikan sebuah puisi, tapi saya belum tahu itu puisi siapa
ragu
memandangku
serupa awan kelabu
cermin bagi hati yang menderu
tetaplah di situ
sampai kekasih datang dari pelayaran
dengan mimpi-mimpi siap diwujudkan
aku hanya terlihat seperti badai kecamuk
hanya akan pecah dikarang yang kau pijak
tidak akan menghantammu
tidak akan membuatmu padat
atau runtuh sama sekali*
tidak ...
*)petikan sebuah puisi, tapi saya belum tahu itu puisi siapa
05 September 2008
Langganan:
Postingan (Atom)